Pada 11 Oktober 2025, Cina kembali meluncurkan roket kedua bernama Gravity-1, setelah peluncuran pertama pada Januari 2024. Roket ini diluncurkan dari tengah laut di lepas pantai Haiyang, Provinsi Shandong, Cina timur. Gravity-1 masih memegang predikat sebagai roket berbahan bakar padat terbesar dan terkuat di dunia hingga saat ini. Misi kedua Gravity-1 membawa tiga satelit ke orbit, termasuk satu satelit penginderaan jauh dan dua satelit eksperimental. Roket ini memiliki tinggi sekitar 30 meter, berat lepas landas 405 ton, dan daya dorong lepas landas mencapai 600 ton, dengan kapasitas muatan yang mampu membawa hingga 6,5 ton ke Orbit Rendah Bumi (LEO), melampaui roket bahan bakar padat sebelumnya.
Gravity-1 dikembangkan oleh perusahaan komersial Cina, Orienspace, sebagai upaya dalam industri luar angkasa komersial Cina. Peluncuran dari laut menjadi tren penting karena memberikan fleksibilitas lintasan orbit yang lebih besar dan mengurangi risiko keamanan terhadap wilayah berpenduduk. Dengan peluncuran di tengah laut, roket dapat mengambil lintasan penerbangan optimal tanpa harus melewati wilayah daratan, meningkatkan efisiensi pembawaan muatan. Peluncuran dari lokasi mendekati garis khatulistiwa memungkinkan roket untuk mendapatkan dorongan kecepatan awal yang lebih besar dari rotasi bumi.
Selain itu, peluncuran laut juga mengurangi risiko jatuhnya puing-puing roket di daratan, karena puing-puing akan jatuh ke area laut yang telah ditentukan. Roket bahan bakar padat seperti Gravity-1 didesain untuk respons cepat, dan peluncuran laut memungkinkan persiapan perakitan dan peluncuran yang lebih efisien. Dengan demikian, Gravity-1 merupakan pencapaian penting dalam industri luar angkasa Cina, menunjukkan kemajuan teknologi dan kesiapan dalam menghadapi tantangan di luar angkasa.
