Cedera hamstring adalah cedera otot paling umum dalam dunia olahraga, yang kembali menjadi sorotan setelah banyak atlet profesional terkena dampaknya. Hal ini terjadi ketika otot-otot di bagian belakang paha meregang atau robek akibat gerakan tiba-tiba atau aktivitas berintensitas tinggi. Atlet yang bermain olahraga seperti sepak bola, atletik, basket, dan olahraga dengan intensitas tinggi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami cedera ini. Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah dampak jangka panjang pada performa atlet.
Cedera hamstring terjadi ketika otot-otot di belakang paha, yaitu semitendinosus, semimembranosus, dan biceps femoris, meregang atau robek akibat tekanan yang melebihi kemampuan normalnya. Penyebab utama cedera hamstring termasuk aktivitas fisik eksplosif, kurangnya pemanasan atau peregangan sebelum berolahraga, kelenturan otot yang rendah, ketidakseimbangan kekuatan otot, riwayat cedera sebelumnya, kelelahan otot, dan faktor usia.
Gejala cedera hamstring berbeda-beda tergantung tingkat keparahannya, yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkat. Diagnosis cedera hamstring dimulai dari pemeriksaan fisik dan riwayat cedera, dengan bantuan pencitraan seperti X-ray, USG, dan MRI. Pengobatan cedera hamstring biasanya melibatkan metode R.I.C.E / P.R.I.C.E, fisioterapi, dan rehabilitasi, namun pada kasus yang parah pengobatan bedah mungkin diperlukan.
Waktu pemulihan cedera hamstring bervariasi tergantung tingkat keparahannya. Pencegahan cedera hamstring melibatkan pemanasan yang kompleks, latihan kekuatan dan fleksibilitas, serta peningkatan intensitas latihan secara bertahap. Penting bagi atlet maupun masyarakat umum untuk memahami penyebab dan gejala cedera hamstring agar bisa mengambil tindakan pencegahan yang tepat. Dengan penanganan yang sesuai dan rehabilitasi yang tepat, cedera hamstring dapat sembuh dengan optimal, memungkinkan atlet untuk kembali beraktivitas tanpa risiko kambuhnya cedera.


